Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

ULAMA’ DAN AULIYA’

Gambar
Oleh : Alfaqiir KH.Ahmad Ulinnuha Rozy MUQODDIMAH “Aswaja” juga di kenal dengan kekuatan budaya Ta’dzimnya terhadap para ‘Ulama’ dan atau Auliya’. Ta’dzim khas Aswaja ini (khususnya di Indonesia) dalam praktek dan wujudnya nampak berbeda dengan golongan yang lain. Sehingga karenanya sering mendapatkan sorotan atau kritikan khusus dengan istilah istilah kekinian. Seperti, Mengkultuskan, Feodal, Tidak modern dan lain sebagainya. Penggeseran nilai nilai Ta’dzim pun dari jarak jauh dan cara yang nyamar terus di lakukan oleh pengingkar budaya luhur ini. Dan pelan namun pasti, target mereka sudah mulai nampak hasilnya. Maka, ada sesuatu yang harus di luruskan, agar kita tidak ikut ikutan bengkok akibat pengkaburan tata nilai yang telah terbangun kuat dan mendasar ini. ULAMA’ DALAM PRESPEKTIF AGAMA ‘Ulama adalah shighot Jama’ Taksir dari kata mufrod ‘Aalim, yang bermakna : Orang yang ber-Ilmu. Dari sisi bahasa, kata “Ulama’” (Orang ‘Alim) ini sangat luas liputannya bahkan cenderung kabur dan

DZIKIR/ WIRID JAHR BA’DA SHOLAT

Gambar
Oleh Al-Faqiir KH. Ahmad Ulinnuha Rozy (Pengasuh Pondok Pesantren  "Daarul Mukhlishiin"  Temulus) Mayoritas ummat Islam Indonesia atau bahkan dunia adalah orang orang awam;  Bukan orang yang mapan tingkat ke-ilmu-an agamanya, bukan orang yang sudah ahli, fasih dalam wirid dan dzikir, bahkan sebagian besar dari mereka masih banyak yang belum bisa, belum hafal kalimat kalimat wirid/ dzikir yang di tentukan atau di ajarkan oleh syari’at, inilah fakta, dan masih di tambah lagi ummat Islam Indonesia bukanlah ummat Islam Arab; Bahasa sehari harinya bukan bahasa arab. sementara Dzikir/ Wirid/ Do’a yang di ajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw, agar di baca dan di amalkan oleh seluruh Ummat Islam “lintas batas” adalah berbahasa arab fasih, ini adalah realitas yang secara moral menjadi tanggung jawab bersama untuk mencerdaskan ummat, dan Dzikir/ Wirid/ Do’a adalah Amaliyah yang di syari’atkan. Berdzikir, Berwirid dan Berdo’a jelas merupakan perintah langsung dari Allah Swt, dan di te

Sebab Rusaknya Rakyat, Penguasa, dan Ulama'

Gambar
Nasehat Imam Abu Hamid al-Ghazali السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Sebelumnya marilah kita senantiasa bersyukur atas segala anugerah dan rahmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita semua. Terlalu banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita tidak bisa menghitungnya. Allah SWT berfirman : وان تعـدوانعمة الله لا تحصوها "Lan lamuno siro kabeh arep ngitung - ngitung nikmate Gusti Allah, tentu siro kabeh ora bakal biso ngitung" Banyak sekali Rahmat lan Nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita semua, namun sedikit sekali syukur kita kepada Allah. Padahal kalau kita senantiasa bersyukur,  "Temen-temen"  Allah  "bakal nambahi"  Rahmat lan Kenikmatan itu lebih banyak lagi. Firman Allah : لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد "Lamuno siro kabeh gelem nyukuri marang nikmat - nikmate Gusti Allah, Temen Gusti Allah bakal nambahi, Lan lamun siro kabeh ngufuri nikmat - nikmate Gusti Allah, (ngeweruhono) saktemene siks